Ketika hendak wafat, abu darda radhiallahu ‘anhu mengatakan pada ontanya, “hai damun, jangan nanti kau debat aku dengan permusuhan di hadapan rabbku. sesungguhnya saya tidak pernah membawakan di atasmu sesuatu yg tidak kau bisa mengangkatnya.” Abu darda radhiallahu ‘anhu berkata, “aku berlindung kepada allah menemui suatu hari yang pada dalamnya aku tidak mengingat abdullah bin rawahah. bila menemuiku dari depan, dia terbiasa menepuk dadaku. bila menemuiku berasal belakang, dia tepuk punggungku. iaMengatakan, ‘uwaimir, duduklah sebentar, marilah kita menambah iman’. kami duduk lalu mengingat allah. lalu dia berkata, ‘uwaimir, inilah majelis iman’.” Saat ada yg mengatakan kepada abu darda, “tidakkah kau membenci saudaramu (semuslim) karena sudah berbuat maksiat demikian serta demikian”? beliau berkata, “yang saya benci ialah perbuatannya, akan tetapi beliau permanen saudaraku. tetapi memang, persaudaraan kepercayaan itu lebih kuat dibanding persaudaraan karena korelasi.” Ini adalah pelajaran bagi kita. terkadangSaat ada sahabat yg futur. terdapat teman yg hijrah kemudian pulang lagi di kebiasaan lamanya. kita merasa kesal. kemudian menjauhinya. tidak lagi menyapanya dengan ramah. padahal yg kita benci itu ialah maksiatnya. bukan dia. sehingga perjuangan yang kita lakukan merupakan memisahkan dirinya dari sesuatu yang kita benci itu. yaitu perbuatan maksiatnya. Abu darda radhiallahu ‘anhu mengatakan, “benar-benar aku mendoakan 70 orang saudaraku pada sujudku. kusebut namanya satu persatu.” Kita boleh introspeksi Diri kita sendiri. tidak usah dalam sujud, pernahkah kita menyebut nama sahabat kita pada doa kita? inilah persaudaraan. inilah perasaan cinta sebab allah. dan inilah yang akan mendatangkan rasa manisnya keimanan. Seorang asal kabilah an-nakha’ berkata, “waktu abu darda tengah sakaratul maut, aku mendengarnya mengatakan, ‘saya sampaikan kepada kalian sebuah hadits yang aku dengar dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamBersabda, “beribadahlah pada allah seakan engkau melihat-nya. jikalau kau tak mampu, maka benar-benar allah melihatmu. siapkan dirimu di kondisi sakaratul maut. lalu waspadalah terhadap doa orang yg dizalimi. karena doanya tidak terhalangi. dan siapa yg mampu untuk hadir di jamaah dua shalat; shalat isya dan subuh walaupun pada keadaan merangkak, lakukanlah!” [Hadits hasan Riwayat ath-Thabrani].
Diriwayatkan oleh al-bukhari dengan sanadnya berasal aun bin abu juhaifah berasal ayahnya, beliauMengatakan, “nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan salman dengan abu darda. suatu ketika, salman mengunjungi abu darda. beliau lihat ummu darda tampil kusut. beliau berkata, ‘bagaimana kondisimu’? Ummu darda menjawab, ‘saudaramu abu darda itu tidak butuh lagi menggunakan global’. Kemudian abu darda datang. beliau berbagi makanan buat salman. lalu salman mengatakan, ‘makanlah’! Abu darda menjawab, ‘saya sedang berpuasa’. Salman berkata, ‘saya tidak akan makan sampai kau juga ikut makan’. Abu darda pun makan.Ketika malam tiba, abu darda eksklusif bersiap untuk shalat malam. istilah salman, ‘tidurlah dulu’. ia pun tidur. beberapa saat lalu ia bangun buat shalat. salman pulang mengatakan, ‘tidurlah’. waktu akhir malam, salman berkata, ‘sekarang shalatlah’. lalu keduanya pun shalat. sehabis itu salman berkata, ‘sesungguhnya rabmu mempunyai hak atas dirimu. dirimu juga memiliki hak atas dirimu sendiri. demikian jua keluargamu memiliki hak atas dirimu. berilah kepada setiap yg mempunyai hak itu, haknyaMasing-masing’. Lalu abu darda menemui nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. dia mengungkapkan apa yang diucapkan salman. nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengomentari, ‘salman sahih’.”
Dari adh-dhahak, abu darda radhiallahu ‘anhu mengatakan, “penduduk damaskus sekalian, kalian merupakan saudara seagama. berasal sisi daerah, kalian merupakan tetangga. serta pembela dari musuh-musuh. tidak ada yang menghalangiku buat mengasihi kalian. hanya saja bebanku merupakan selain dari kalian. kulihat ulama-ulama kalian telah wafat. sementara yg tak berilmu pada tengah kalian tidak mau belajar. menurutku kalian sudah mendapatkan sesuatu yang ditanggungkan buat kalian. tetapi kalian meninggalkan apa yangDiperintahkan kepada kalian. ketauhilah sesungguhnya sekelompok orang membentuk bangunan yang kokoh.
mengumpulkan harta yg banyak. panjang angan-angannya. lalu bangunan mereka menjadi kuburan. angan-angan mereka hanyalah tipu daya. harta yg mereka kumpulkan sia-sia. tidakkah mereka mau belajar sehingga mereka pintar? karena seseorang yg berilmu serta mengaji ilmu menerima pahala yang sama. tidak ada kebaikan di insan di selain itu.” Jubair bin nufair mengatakan, “waktu cyprusDitaklukkan, penduduknya dipisah-pisahkan. meeka saling menangisi. ketika itu kulihat abu darda sedang duduk sendiri dan menangis. saya bertanya, ‘abu darda, apa yg membuat anda menangis padahal hari ini allah memulikan islam serta pemeluknya’? Beliau menjawab, ‘celaka engkau , jubair! betapa hina seorang di sisi allah bila mereka meninggalkan apa yang beliau perintahkan’.” Asal ummu darda radhiallahu ‘anha, ia bercerita tatkala abu darda tengah mengalami sakaratul maut, beliau berkata, “siapa yang beramalMempersiapkan buat hari ini? siapa yang beramal buat ketika-saat seperti ini? siapa yg beramal untuk kondisi terbaring seperti ini”? kemudian beliau membaca firman allah, Abu darda radhiallahu ‘anhu wafat pada damaskus pada tahun 32 h. terdapat juga yang berpendapat tahun 31 h.
No comments:
Post a Comment