Abu darda, orang bijaknya umat ini

Abu darda, orang bijaknya umat ini Abu darda radiallahu ‘anhu. seseorang sahabat anshar berasal kabilah khazraj. dia termasuk orang anshar yang paling terakhir memeluk islam. tapi, ia malah terkenal menjadi seorang yg paling berilmu pada tengah kaumnya. paling fakih. dan paling banyak pesan tersirat dalam ucapannya. ia wafat tahun 32 h. Abu darda ialah seorang pedagang, kesatria, dan seorang yg bijaksana. namanya ialah uwaimir bin zaid bin qais al-anshari al-khazraji. tetapi kunyahnya, abu darda, lebihDikenal dari nama aslinya. meskipun namanya cukup tenar di antara para sahabat nabi, tapi ternyata beliau termasuk orang anshar terakhir yg memeluk islam. Awalnya, ia seseorang pagan (penyembah berhala). kisah keislamannya relatif menarik. diawali menggunakan kedatangan abdullah bin rawahah dan muhammad bin maslamah radhiallahu ‘anhuma ke rumahnya. mereka tiba tanpa sepengatahuannya. mereka hancurkan berhala yang disembah abu darda. waktu abu darda balik , beliau kaget. beliau pungut dan kumpulkan remukanBerhala itu dan mengatakan, “bodoh sekali kalian ini! mengapa tidak kalian lawan! mengapa tidak kalian bela diri kalian sendiri!” ummu darda menimpali, “jikalau mereka mereka bisa memberi manfaat dan menolak bahaya pada orang lain, tentu mereka bisa melakukannya buat diri mereka sendiri.” Abu darda mengatakan, “tolong siapkan air pada wadah mandi untukku. siapkan pula pakaian serta perlengkapannya.” selesainya itu ia pulang menuju nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.melihat kedatangan abu darda, abdullahBin rawahah mengatakan, “rasulullah, itu abu darda. menurutku dia tiba buat menuntut balas pada kami.” nabi menanggapi, “kedatangannya buat memeluk islam.sesungguhnya rabku menjanjikan kepadaku bahwa abu darda akan memeluk islam. Meskipun termasuk orang yang terlambat menerima islam, tapi abu darda memiliki kedudukan yg mulia pada tengah teman nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ihwal dirinya, “sebaik-baik penunggang kuda (kesatria)Adalah uwaimir.” “dia artinya orang bijaknya umatku.” Abu darda adalah galat seseorang asal empat orang penghafal alquran pada masa hidup nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah seorang pendidik luar biasa.kalau kita pelajari, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menguasai metode ajar yang variatif.beliau mengajar menggunakan keteladanan. memberikan menggunakan verbal yang fasih. metode yg menarik. kadang santai, kadang serius, kadang bercanda, dan bisa juaMengajar menggunakan tegas. sehingga apa yang dia ajarkan begitu berpengaruh di langsung para sahabat. Efek besar itu pula dirasakan abu darda radhiallahu ‘anhu. rasulullah banyak menasihatinya menggunakan sesuatu yg berguna buat dunia serta akhiratnya. seperti dalam sebuah riwayat pada shahih muslim dari abu darda radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “kekasihku shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatiku menggunakan tiga hal. ketiga hal ini tidak akan kutinggalkan selama aku hidup; puasa tiga hariSetiap bulan, shalat duha, serta tak tidur sebelum melakukan shalat witir.” Diriwayatkan bahwasanya umar bin al-khattab radhiallahu ‘anhu tiba menemui abu darda radhiallahu ‘anhu. umar mendorong pintu rumahnya, ternyata tidak terkunci. dia masuk ke dalam rumahnya yang gelap. ia meraba-raba sampai memahami posisi abu darda. beliau sentuh bantalnya. ternyata bantalnya merupakan pelana kuda. beliau pegang selimutnya. ternyata kain yg tipis. umar kemudian berkomentar, “bukankah kondisi kita kini lapang?Maukah kuberi donasi”? maksud umar, umat islam sekarang berkecukupan tak mirip di awal keislaman. Abu darda menanggapi, “ingatkah engkau sebuah hadits yg disampaikan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”? “hendaknya perbekalan kalian di global ini mirip bekalnya para musafir.” Istilah umar, “iya (saya mengingatnya)” Istilah abu darda, “kemudian apa yang kita perbuat sepeninggal beliau, umar”? Keduanya pun menangis sampai waktu pagi tiba. Abu darda radhiallahu ‘anhu berkata, “aku tak measaSuka , Bila aku berdiri memasuki pintu masjid, dalam keadaan menerima laba jual beli setiap hari 300 dinar, akan tetapi tidak hadir berjamaah shalat lima ketika. aku tak berkata ‘sesungguhnya allah tidak menghalalkan jual-beli serta tidak mengharamkan riba’. tapi aku ingin termasuk pedagang yg perniagaan itu tidak membuatnya lalai asal mengingat allah.” Dari yazid bin umairah, ia berkata, “saat muadz bin jabal di akhir hayatnya, terdapat yg bertanya padanya, ‘abu abdurrahman, nasihatilahKami’. muadz berkata, ‘carilah ilmu pada sisi uwaimir (abu darda). karena dia termasuk orang yg diberikan ilmu’.” Abu darda radhiallahu ‘anhu ialah seorang hakim di damaskus. dan dia artinya seseorang ulama. orang yang hening. serta seorang cendekia. Berasal abu darda radhiallahu ‘anhu, dia pernah shalat pada akhir malam. dia berkata, ‘mata-mata sudah terlelap. bintang-bintang sudah terbenam. ad interim engkau (ya allah), monoton mengurusi makhluk-mu.” Abu darda radhiallahu ‘anhu berakta, “mengucapkanAllah akbar 100x lebih aku sukai daripada bersedekah 100 dinar.” (jami’ al-ulum wa al-hikam, hal: 70).
Ketika hendak wafat, abu darda radhiallahu ‘anhu mengatakan pada ontanya, “hai damun, jangan nanti kau debat aku dengan permusuhan di hadapan rabbku. sesungguhnya saya tidak pernah membawakan di atasmu sesuatu yg tidak kau bisa mengangkatnya.” Abu darda radhiallahu ‘anhu berkata, “aku berlindung kepada allah menemui suatu hari yang pada dalamnya aku tidak mengingat abdullah bin rawahah. bila menemuiku dari depan, dia terbiasa menepuk dadaku. bila menemuiku berasal belakang, dia tepuk punggungku. iaMengatakan, ‘uwaimir, duduklah sebentar, marilah kita menambah iman’. kami duduk lalu mengingat allah. lalu dia berkata, ‘uwaimir, inilah majelis iman’.” Saat ada yg mengatakan kepada abu darda, “tidakkah kau membenci saudaramu (semuslim) karena sudah berbuat maksiat demikian serta demikian”? beliau berkata, “yang saya benci ialah perbuatannya, akan tetapi beliau permanen saudaraku. tetapi memang, persaudaraan kepercayaan itu lebih kuat dibanding persaudaraan karena korelasi.” Ini adalah pelajaran bagi kita. terkadangSaat ada sahabat yg futur. terdapat teman yg hijrah kemudian pulang lagi di kebiasaan lamanya. kita merasa kesal. kemudian menjauhinya. tidak lagi menyapanya dengan ramah. padahal yg kita benci itu ialah maksiatnya. bukan dia. sehingga perjuangan yang kita lakukan merupakan memisahkan dirinya dari sesuatu yang kita benci itu. yaitu perbuatan maksiatnya. Abu darda radhiallahu ‘anhu mengatakan, “benar-benar aku mendoakan 70 orang saudaraku pada sujudku. kusebut namanya satu persatu.” Kita boleh introspeksi Diri kita sendiri. tidak usah dalam sujud, pernahkah kita menyebut nama sahabat kita pada doa kita? inilah persaudaraan. inilah perasaan cinta sebab allah. dan inilah yang akan mendatangkan rasa manisnya keimanan. Seorang asal kabilah an-nakha’ berkata, “waktu abu darda tengah sakaratul maut, aku mendengarnya mengatakan, ‘saya sampaikan kepada kalian sebuah hadits yang aku dengar dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamBersabda, “beribadahlah pada allah seakan engkau melihat-nya. jikalau kau tak mampu, maka benar-benar allah melihatmu. siapkan dirimu di kondisi sakaratul maut. lalu waspadalah terhadap doa orang yg dizalimi. karena doanya tidak terhalangi. dan siapa yg mampu untuk hadir di jamaah dua shalat; shalat isya dan subuh walaupun pada keadaan merangkak, lakukanlah!” [Hadits hasan Riwayat ath-Thabrani].

Diriwayatkan oleh al-bukhari dengan sanadnya berasal aun bin abu juhaifah berasal ayahnya, beliauMengatakan, “nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan salman dengan abu darda. suatu ketika, salman mengunjungi abu darda. beliau lihat ummu darda tampil kusut. beliau berkata, ‘bagaimana kondisimu’? Ummu darda menjawab, ‘saudaramu abu darda itu tidak butuh lagi menggunakan global’. Kemudian abu darda datang. beliau berbagi makanan buat salman. lalu salman mengatakan, ‘makanlah’! Abu darda menjawab, ‘saya sedang berpuasa’. Salman berkata, ‘saya tidak akan makan sampai kau juga ikut makan’. Abu darda pun makan.Ketika malam tiba, abu darda eksklusif bersiap untuk shalat malam. istilah salman, ‘tidurlah dulu’. ia pun tidur. beberapa saat lalu ia bangun buat shalat. salman pulang mengatakan, ‘tidurlah’. waktu akhir malam, salman berkata, ‘sekarang shalatlah’. lalu keduanya pun shalat. sehabis itu salman berkata, ‘sesungguhnya rabmu mempunyai hak atas dirimu. dirimu juga memiliki hak atas dirimu sendiri. demikian jua keluargamu memiliki hak atas dirimu. berilah kepada setiap yg mempunyai hak itu, haknyaMasing-masing’. Lalu abu darda menemui nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. dia mengungkapkan apa yang diucapkan salman. nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengomentari, ‘salman sahih’.”
Dari adh-dhahak, abu darda radhiallahu ‘anhu mengatakan, “penduduk damaskus sekalian, kalian merupakan saudara seagama. berasal sisi daerah, kalian merupakan tetangga. serta pembela dari musuh-musuh. tidak ada yang menghalangiku buat mengasihi kalian. hanya saja bebanku merupakan selain dari kalian. kulihat ulama-ulama kalian telah wafat. sementara yg tak berilmu pada tengah kalian tidak mau belajar. menurutku kalian sudah mendapatkan sesuatu yang ditanggungkan buat kalian. tetapi kalian meninggalkan apa yangDiperintahkan kepada kalian. ketauhilah sesungguhnya sekelompok orang membentuk bangunan yang kokoh.
mengumpulkan harta yg banyak. panjang angan-angannya. lalu bangunan mereka menjadi kuburan. angan-angan mereka hanyalah tipu daya. harta yg mereka kumpulkan sia-sia. tidakkah mereka mau belajar sehingga mereka pintar? karena seseorang yg berilmu serta mengaji ilmu menerima pahala yang sama. tidak ada kebaikan di insan di selain itu.” Jubair bin nufair mengatakan, “waktu cyprusDitaklukkan, penduduknya dipisah-pisahkan. meeka saling menangisi. ketika itu kulihat abu darda sedang duduk sendiri dan menangis. saya bertanya, ‘abu darda, apa yg membuat anda menangis padahal hari ini allah memulikan islam serta pemeluknya’? Beliau menjawab, ‘celaka engkau , jubair! betapa hina seorang di sisi allah bila mereka meninggalkan apa yang beliau perintahkan’.” Asal ummu darda radhiallahu ‘anha, ia bercerita tatkala abu darda tengah mengalami sakaratul maut, beliau berkata, “siapa yang beramalMempersiapkan buat hari ini? siapa yang beramal buat ketika-saat seperti ini? siapa yg beramal untuk kondisi terbaring seperti ini”? kemudian beliau membaca firman allah, Abu darda radhiallahu ‘anhu wafat pada damaskus pada tahun 32 h. terdapat juga yang berpendapat tahun 31 h.

No comments:

Powered by Blogger.